Oleh : T. Kelsey
Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." (Mrk 1:40).
Betapa jarang kita melihat gambaran yang sejati tentang Yesus seperti yang dikisahkan di dalam Perjanjian Baru. Kecuali jika kita berhenti dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh, namun sering kali kita hanyalah memperhatikan apa yang ingin kita baca dari yang tertera di sana. Kita manusia sangat ahli dalam menghindari dari apa yang tidak menyenangkan dan tidak memuaskan.
Pada umumnya Gereja Kristen dan umat Kristen melihat Kristus sebagai segala sesuatu, kecuali pribadi sejati-Nya seperti di dalam Injil. Kita sering menggambarkan-Nya sebagai seorang laki-laki dengan sifat yang manis dan cemerlang, selalu lemah-lembut dan ramah, penuh pengertian dan tidak menonjolkan diri. Ia hampir menyerupai seorang paman yang dermawan.
Kita gagal mengamati dimensi kuasa dan kekuatan dari keyakianan dan ketegasan-Nya. Kita melupakan fakta bahwa Ia menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyembuhkan orang-orang sakit dari pada dalam lingkungan masyarakat yang baik. Kristus yang sejati adalah pribadi yang begitu kuat dan penuh vitalitas, sehingga orang-orang menyebut Dia : Putera Allah.
Oleh karena setia kepada Yesus yang telah bangkit, maka para murid-Nya berani maju dan hidup tersisih dalam perjuangan dan mati pada jaman itu. Ini hampir tidak mungkin, kecuali apabila Kristus yang sudah bangkit itu adalah tokoh yang hebat. Yesus dari Nazareth memberi pengaruh sedemikian rupa, sehingga orang-orang biasa seperti kita mampu menggerakkan Gereja, yang menaklukkan setiap kerajaan dan menerobos banyak perubahan.
Kristus Yang Marah
Sebuah kisah dalam bab pertama Injil St. Markus menggambarkan Kristus sejati dengan cara yang amat menarik, terutama dalam terjemahan The New English Bible (sebuah terjemahan yang oleh para sarjana terkemuka dianggap lebih sesuai dari pada yang sudah lazim).
Itulah kisah seorang kusta yang berlutut di hadapan Yesus dan berkata : “Jika saja engkau mau, Engkau dapat menyembuhkan aku.” (Mrk 1:40). The New English Bible menulis jawaban Yesus dalam kata-kata sebagai berikut – Dengan amat marah Yesus mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu dan berkata : “Memang Aku mau, jadilah sembuh.” Penyakit kusta orang tersebut langsung sembuh. Kemudian Yesus menyuruh orang itu pergi dengan ‘peringatan keras’ , agar jangan menceritakan kepada siapapun, kecuali kepada imam yang menurut hukum Musa harus meresmikan penyembuhan itu. Sebaliknya, orang itu menyebarkan-luaskan kesembuhannya kemana-mana.
Bila kita mendengarkan kisah ini, kita mendapatkan gambaran yang berbeda tentang Kristus dari pada versi tradisional. Di sini Anak Manusia berada dalam keadaan marah. Versi Yunani yang asli menyatakan dengan jelas bahwa Ia mendidih dan menjadi sangat marah. Sama sekali tidak tenang dan obyektif, Yesus menjadi terlibat secara dalam dan pribadi di dalam kehidupan. Yesus memperhatikan dan memperlihatkan keprihatinan-Nya dengan cara yang sangat dramatis dan khas.
Ini adalah salah satu dasar perbedaan di antara agama Kristen dan agama-agama dari Timur. Kebanyakan agama Timur mengajarkan agar kita jangan terlalu terlibat supaya kita mempunyai sudut pandang yang saleh, tidak memihak, sehingga kita tidak terganggu oleh apapun. Tak ada yang lebih baik dari pada kehidupan dan perbuatan Yesus.
Keterlibatan Yesus
Ia menjadi begitu terlibat dengan kehidupan, sehingga Ia mengambil cambuk dan mengusir para pembeli dan penjual dan ternak mereka, keluar dari Bait Allah. Ia begitu naik darah dengan kemunafikan para ahli Taurat dan kaum Farisi, sehingga Ia mencela mereka dengan kata-kata yang membawa-Nya kepada kematian. Yesus sangat marah kepada orang-orang yang tidak mau mengambil keputusan di antara cara hidup dan cara kematian, hingga Ia mengumumkan dengan ungkapan yang tegas, bahwa barang siapa pergi ke jalan besar, akan binasa dan masuk ke dalam neraka ; barang siapa yang menolak untuk mengikuti cahaya hatinya yang baik dan bersiap-siap untuk kehidupan yang akan datang, akan mendapatkan tangisan dan kertakan gigi yang abadi sebagai upah mereka.
Perhatian Yesus adalah kunci ke arah pengertian tentang pertemuan-Nya dengan si penderita kusta. Ketika orang sakit tersebut minta disembuhkan, Yesus pada mulanya agak naik darah dan kemudian memberikan peringatan keras kepada orang tersebut. Mengapa ? mengapa Yesus naik darah dan marah ?
Musuh Dari Semua Kejahatan
Pertama-tama, Yesus selalu agak menentang kehadiran penyakit. Sebagai penjelmaan dari kreativitas dan kehidupan dan kesehatan, Dia sesungguhnya adalah lawan dari wabah dan penyakit. Hal-hal ini adalah perbuatan setan di semesta alam dan Kristus adalah musuh setan, dalam segala bentuknya.
Semua setan, Ia berperang melawan kejahatan, Ia membenci penyakit kusta. Faktanya, “Untuk inilah Putera Allah menyatakan Diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan iblis itu.” (1 Yoh 3:8). Yesus datang untuk mengusir setan dalam segala bentuknya. Tidak heran bila Ia menjadi marah ketika orang kusta itu menyatakan secara tidak langsung, bahwa Ia mungkin bukan musuh dari penyakit-penyakit, kusta gelap yang menyerang badan kita.
Sebab kedua, Yesus menjadi marah karena orang kusta itu meragukan keinginan-Nya untuk menolong dia. Orang tersebut mungkin menatap Yesus dan berkata dengan nada pesimis : ”Jika Engkau mau menolong, tentunya Engkau dapat, tapi mungkin engkau tidak mau.” Orang tersebut meragukan itikad baik Yesus, yaitu perhatian-Nya terhadap kemanusiaan, keinginan-Nya untuk melakukan kebenaran. Reaksi sedikit saja dapat melukai hati kita lebih dari pada itu. Yesus benar-benar manusia, Ia merasakan seperti kita, bila itikad baik-Nya diragukan.
(Sumber : Majalah Ave Maria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar