7/20/2011

MENJADI DUTA DAMAI

Tidak percuma Browny menjadi anggota komunitas biara Santo Fransiskus sejak kecil. Berbeda dengan anggota lainnya, Browny lahir dan menjadi besar dalam komunitas itu. Semangat Fransiskus, pencinta damai yang menjadi pelindung komunitas itu, meresapi seluruh kepribadian dan gaya  hidup Browny.
Tidak seperti anjing-anjing lainnya, Browny bisa makan di satu kaleng bersama kucing dan kambing, kadang-kadang bersama tikus juga. Kalau jatah tidak cukup dan yang lain meringis untuk merebut porsi lebih besar, si Browny mundur dengan tenang. “berpuasa sekali tidak apalah.” begitulah kira-kira ia ‘bergumam’ jika ada yang menyatakan kasihan padanya, karena ia tidak kebagian apa-apa.
Lain halnya dengan saudarinya si Dina, ia tidak pernah mau makan di satu piring dengan Browny, apalagi dengan kucing, kambing atau tikus. Kalau hanya tersedia satu porsi, maka seluruhnya untuk dia. Siapa berani mendekat akan kena garuk. Kalau masing-masing diberi jatah, maka Dina terus berpindah, ia dengan rakus menghabiskan porsinya. Lalu sementara mulutnya masih dijejali setumpuk tulang, ia meringis dan menggertak  yang lain. Begitu mereka mundur, ia langsung melahap isi piring mereka. Cukup mengherankan, karena sebenarnya Dina juga lahir dan dalam komunitas Fransiskus, Duta Damai yang sama. Apakah akan lain andaikata si Dina tinggal bersama sesama saudarinya, misalnya pengikut Klara atau lainnya ?
“Hidup damai dengan saudara lain dan semua mahluk bukanlah perkara gampang,” kata Fransiskus. Beginilah ia menceritakan pengalamannya seperti dilaporkan Thomas dari Celano (2Cel 47). Kata Fransiskus : “Pernah, selagi saya dan sejumlah saudara duduk makan, sepasang burung menghampiri meja makan kami. Mereka makan remah-remah dari meja kami. Setiap hari mereka kembali memungut remah-remah untuk dirinya dan untuk anak-anaknya. Pada suatu waktu, ketika anak-anaknya sudah bisa keluar masuk sendiri di komunitas kami dengan bebas seperti anggota lainnya, pasangan burung itu menghilang. Mereka mempercayakan anak-anaknya kepada kami dan pergi mencari tempat lain.”
Mula-mula burung-burung kecil itu hidup damai dengan saudara-saudaranya, seperti diajarkan kedua orang tua mereka. Mereka makan bersama sambil nyanyi-nyanyi gembira. Tetapi keadaan kemudian berubah, yang sulung yang bertumbuh paling besar, dengan sombongnya mengejar adik-adiknya yang kecil dan lemah. Ia sepuas-puasnya mengisi temboloknya sendiri dan membiarkan yang lain menciup-ciup kelaparan. “Saya marah,” kata Fransiskus mengakhiri kisahnya dan tanpa sengaja mengutuk burung yang sombong itu. Eh, ternyata si perusak kedamaian itu betul-betul mati tenggelam ketika ia sekali lagi dengan rakus mau memonopoli satu tempayan air.
Begitulah kesimpulan Thomas dari Celano setelah selesai melaporkan kisah Fransiskus itu : kerakusan merusak damai dan kerukunan. Yang merasa diri besar atau mau menjadi besar dan kuat sendiri pasti akan menindas yang kecil dan yang lemah. Si kuat yang sombong dan rakus itu mau kenyang sendiri. Kalau perlu, ia bersedia mati kekenyangan sambil menertawakan yang lain yang mati kelaparan. Egoisme manusia adalah kejahatan yang mengerikan yang merusakkan damai dan kerukunan. (Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. - 2 Tim 3:2-4)
Kalau mau menjadi duta damai, contohlah Browny, ikutilah Sang Duta Damai, Fransiskus dalam proses “mengosongkan diri”, melepaskan segala kepentingan sendiri dan hidup seutuh-utuhnya bagi “yang lain”.
(Kuntum-Kuntum Kecil, Butir-Butir Permenungan Saudara Kelana)
-       Santa Clara
-       Kasihilah musuhmu
-       Kasih Yesus

Tidak ada komentar: