Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya ( Luk 16:1).
Dalam sebuah perumpamaan diceritakan tentang keadaan seorang bendahara, keadaan gawat yang menimpa bendahara seorang hartawan digambarkan secara lengkap, tuannya mendengar tuduhan, memanggilnya dan meminta pertanggung-jawaban dan memberitahukan pemecatannya
Karena dipecat, maka si bendahara itu mempertimbangkan dalam hatinya mengenai apa yang akan ia perbuat, karena pekerjaan lain atau mengemis tertutup baginya, maka ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang membuat ia diterima di rumah orang lain. Apa yang dilakukan si bendahara untuk semua orang yang berutang kepada tuannya ? mereka menerima kembali surat utang mereka untuk cepat-cepat menulis dengan tangan mereka sendiri suatu angka utang yang lebih rendah.
Perumpamaan berakhir dengan cara yang tak terduga, tuannya kini malahan memuji perbuatannya sebagai ‘bijaksana’.
Bendahara, oikosnomos (Yunani) bukanlah seorang bendahara yang hanya mengurus uang, tetapi juga seorang manager yang mengola harta milik orang kaya, di sini tampaknya berupa tanah milik seorang tuan tanah. Bendahara mempunyai kuasa penuh untuk menyewakan tanah kepada petani-petani yang akan membayar dengan sebagian hasil gandum, minyak zaitun, dsb. Jumlah hasil yang harus dibayar itu sudah mencakup pula bagian yang menjadi upah si bendahara sendiri.
Dalam ayat 1 dikatakan bahwa si bendahara tersebut ‘menghamburkan’ milik tuannya, tetapi di ayat 8 bendahara itu disebut ‘tidak benar’ (tidak jujur), tetapi apa persis bentuk ketidak-benaran dan pemborosannya, tidaklah dijelaskan. Entah bagaimana, ia pasti secara berlebihan memperkaya diri dalam mengelola milik majikannya.
Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. (Luk 16:6). Orang yang meminjam atau menyewa sesuatu, dengan tangannya sendiri (selaku tanda tangan) menuliskan di surat utang berapa yang harus ia bayar atau kembalikan. Jumlah utang kepada si pemilik sudah ditambah dengan sejumlah persen yang menjadi upah (komisi) si perantara, yang dimaksudkan di sini adalah si bendahara.
Karena kebiasaan yang terakhir ini (upah/komisi) kurang diperhatikan oleh sebagain besar buku tafsir, maka dikira bahwa si bendahara itu mencurangi dan merugikan tuannya, ketika ia menyuruh untuk mengurangi jumlah 100 tempayan atau pikul menjadi 50 atau 80. Yang dikurangi oleh si bendahara agaknya komisinya sendiri yang memang ‘kelewat besar’ (‘tidak benar’) dan toh nanti tidak dapat diperolehnya lagi.
Seratus tempayan minyak adalah beberapa ribu liter, dan seratus pikul gandum tak kurang dari beberapa puluh ribu liter. Jumlah utang menggaris-bawahi kekayaan si tuan tanah, tetapi juga keuntungan luar biasa yang tadi mau diambil oleh si bendahara itu untuk dirinya sendiri.
Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Luk 16:8). Bijaksana, Fronimos (Yunani) dalam Perjanjian Baru tidak berarti ‘cerdik’, ’licik’, melainkan ‘berakal, terpikir, berpikiran sehat, berhati-hati, bijaksana’. Bendahara yang mengurangi jumlah utang dengan meniadakan jatahnya sendiri, sungguh dapat dipuji oleh tuannya sebagai bijaksana, kendatipun bendahara itu sebelumnya tidak benar. Dalam Luk 12:42 (Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya?) dan Matius 25:2-9 (Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.- Mat 25:9), kata ‘bijaksana’ itu menunjukkan sikap yang diharapkan dalam menghadapi kedatangan Anak Manusia, arti eskatologis itu juga tampak dalam aplikasi di ay 8b-9 (Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi).
Ikatlah persahabatan (ay 9) harafiah, buatlah sahabat-sahabat. Murid-murid diajak untuk memakai harta miliknya dengan bijaksana, agar mereka mendapat tempat dalam hati Allah dan dalam hati sesama manusia (contohnya adalah cara jemaat purba, Kis 4:3, kebalikan dari Luk 16:19-31). Maka ketika mereka meninggal dunia/ditinggalkan harta, mereka akan dterima oleh sahabat-sahabat mereka ke dalam kediaman abadi Allah dan para kudus (dan semua mereka yang diam di sorga. - Why 13:6).
Mamon dalam ayat 9 (barangkali seakar kata dengan iman, aman, dan amin) berarti ‘apa yang diandalkan’, dari situ muncullah arti ‘harta kekayaan’. Maksud ‘tidak benar’ di sini bukan bahwa harta itu diperoleh secara tidak jujur. Segala harta disebut ‘tidak benar’ dalam arti menggodai manusia untuk menjadi ‘hamba uang’ (ay 14), sehingga tidak lagi percaya dan mengabdi kepada Allah (Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." - Luk 16:13).
(Sumber : Rm Dr.Martin Harun, OFM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar