Semua orang ini berkumpul di sekeliling tempat tidur-Nya untuk menyembah Anak Kudus itu, para gembala dalam ketakjubannya yang polos, Simeon dan Hana dengan rasa penghormatan yang diperkaya oleh kebijaksanaan dan kesalehan yang telah dihargai berabad-abad lamanya, dan orang-orang Majus dengan pemberian-pemberian mewah dari Timur dan dengan hati dan pikiran yang terbuka.
Akan tetapi, sementara penyembah-penyembah yang layak dipuji ini memandang Dia, ada wajah seorang pembunuh yang kejam muncul dan melihat dari belakang mereka. Wajah itu adalah wajah Herodes, pada waktu itu raja ini menduduki tahta Daud dan kaum Makabe. Namun ia seorang asing (keturunan Edom) dan perebut kekuasaan yang berasal dari kalangan rendah. Rakyatnya membencinya, dan hanya karena disukai pemerintah Romawi ia masih dapat bertahan dalam kedudukannya. Ia berkemampuan, berambisi, dan mengagumkan, namun ia memiliki pikiran yang demikian kejam, licik, gelap dan keji, yang biasa ditermui di antara banyak orang lalim dari Timur. Ia telah berbuat bermacam-macam kejahatan. Ia telah membuat istananya bergelimang darah, dengan membunuh istri kesayangannya sendiri, tiga dari putranya, dan banyak lagi dari anggota kerabatnya.
Sekarang ia sudah tua dan tersiksa oleh penyakit dan penyesalan yang dalam, perasaan bahwa ia tidak tersohor lagi, dan oleh siksaan rasa takut akan setiap kemungkinan adanya orang yang menginginkan tahtanya yang telah direbutnya. Wajarlah jika orang-orang Majus menuju ke ibukota untuk menanyakan tempat Dia dilahirkan, yakni “tanda” yang telah mereka lihat di Timur ("Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." – Mat 2:2).
Pertanyaan itu tepat mengenai hal yang membuat Herodes merasa takut dan sakit hati sekali, tetapi dengan kemunafikannya yang licik seperti setan, ia menyembunyikan kecurigaannya (Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. – Mat 2:3). Setelah mendengar dari imam-imam, bahwa Mesias harus dilahirkan di Betlehem, ia mengarahkan orang-orang asing itu ke sana, tetapi mengatur supaya mereka kembali lagi untuk memberitahukan di mana persisnya rumah Raja yang baru itu (Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia." – Mat 2:8). Ia bermaksud hendak membunuh-Nya, tetapi ia diperdaya, karena Allah telah memperingatkan orang-orang Majus itu agar tidak kembali kepadanya, melainkan pulang ke negeri mereka melalui jalan lain (Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain. – Mat 2:12).
Saat itu meledaklah murka Herodes dan ia mengutus prajurit-prajurit untuk membunuh setiap bayi yang berusia di bawah dua tahun di Bethlehem (Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. – Mat 2:16).
Mungkin ia akan lebih berhasil bila membelah gunung batu menjadi dua dari pada berusaha untuk memutuskan mata rantai rencana Ilahi. ‘Herodes menetakkan pedangnya ke dalam sarang, padahal burung yang ada di dalamnya telah terbang.’ Yusuf telah melarikan diri bersama dengan Anak itu ke Mesir dan tinggal di sana sampai Herodes meninggal, lalu kembali dan tinggal di Nazareth, karena jika ia kembali ke Bethlehem, ia akan berada di dalam kerajaan Arkelaus, putra Herodes yang bermental sama dengan ayahnya yang kejam (Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir – Mat 2:14). Wajah Herodes yang kejam yang memandang Bayi itu, adalah satu nubuat yang menyedihkan tentang bagaimana kuasa-kuasa dunia akan menganiaya dan menyingkirkan Dia dari dunia ini.
(Sumber : Majalah Ave Maria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar