3/01/2013

UCAPAN BAHAGIA DAN PERINGATAN

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. (Luk 6:20).

Matius mengadaptasikan delapan sabda bahagia ini untuk anggota gereja  di masanya. Lukas, di lain pihak, menulis sabda bahagia di sini persis yang disampaikan Yesus kepada masyarakat di Galilea. Dalam kata-kata Yesus, sabda bahagia ini merupakan panggilan dan harapan yang dialamatkan kepada kaum yang terlupakan di dunia ini, dimulai dengan orang miskin yang ada di tengah masyarakat-Nya yang merupakan pewaris janji Allah kepada para nabi (Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. - Kis 3:25).
Injil sebagaimana dalam Kidung Maria dalam Luk 1:51-53, yang menjungkir-balikkan situasi sekarang. Sejak itu, Allah memperlihatkan belas kasihan-Nya secara khusus kepada kaum miskin dan terhina. Ada seribu satu jalan untuk menghadirkan Yesus dan karya-Nya, akan tetapi supaya pengajaran seperti itu patut mendapat nama dalam penginjilan atau penyampaian Kabar Baik, maka ia harus diterima sebagai Kabar Baik pertama-tama oleh orang miskin. Ia juga mempercayakan Injil-Nya kepada mereka dan membuat mereka orang-orang pertama yang mengambil bagian dalam karya-Nya di dunia. Kaum miskin adalah mereka yang memberikan sumbangan terpenting bagi pembangunan Kerajaan Allah, apabila Gereja  melupakan ini, maka ia sudah kembali kepada apa yang dikritik Yesus tentang umat Allah pada zaman-Nya.
Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. (Luk 6:24-25). Sebagai kontras terhadap ucapan bahagia, Lukas menyajikan ratapan yang mengingatkan kita akan ratapan Yesaya (Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: "Sesungguhnya, hamba-hamba-Ku akan makan, tetapi kamu akan menderita kelaparan; sesungguhnya, hamba-hamba-Ku akan minum, tetapi kamu akan menderita kehausan; sesungguhnya, hamba-hamba-Ku akan bersukacita, tetapi kamu akan mendapat malu; sesungguhnya, hamba-hamba-Ku akan bersorak-sorai karena gembira hatinya, tetapi kamu akan mengerang karena sedih hati, dan kamu akan menangis karena patah semangat. – Yes 65:13-14). Ini merupakan lagu ratap untuk  orang yang sudah meninggal, bukan kutukan, karena orang kaya sering melupakan Allah dan menjadi tak teresapi oleh rahmat (Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? – Luk 12:19-20). Lagu ratap ini merupakan tanda kasih Allah kepada orang kaya, sebagaimana ucapan bahagia  bagi orang miskin, karena Ia mengasihi mereka semua, tetapi dengan cara yang berbeda. Kepada yang pertama Ia menandaskan, bahwa Ia akan menghancurkan struktur ketidak-adilan, dan kepada yang lain Ia memberi peringatan, bahwa kekayaan membawa maut. (Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka – 1 Tim 6:10).
Ucapan bahagia tidak berbicara tentang pertobatan orang kaya, atau mengatakan bahwa orang miskin lebih baik, tetapi Ia menjanjikan suatu ‘pembalikan’. Kerajaan Allah berarti suatu masyarakat baru : Allah memberkati kaum miskin, bukan kemiskinan.
Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kami pun turut menjadi raja dengan kamu (1 Kor 4:8). Kontras antara kelompok orang yang dikejar-kejar dengan kelompok orang yang baik-baik dalam pandangan masyarakat, bisa terdapat dalam gereja sendiri. Banyak persoalan tetap tidak terpecahkan, bahkan karya misi sendiri dapat dihalangi karena kelompok orang berpengaruh dan orang-orang yang tidak menuntut apa-apa namun tahu bagaimana memperoleh berkat. Yesus mengingatkan kembali teladan para nabi, ketika semua orang berbicara yang baik tentang “kamu” (mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. – Luk 6:28).
Di masa Yesus, para pemimpin agama masyarakat Yahudi tidak begitu memberi perhatian kepada tulisan para nabi. Mereka lebih mementingkan kitab-kitab hukum yang berpusat pada kultus Kenisah. Yesus mengajar para murid-Nya, bahwa merekalah pewaris para nabi (Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. - Mat 13:17)    dan menekankan pentingnya para utusan yang sederhana itu di tengah umat Allah, yang sering kali bertentangan dengan pemikiran dominan dalam mewartakan Sabda Allah.
Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. (Luk 6:22-23). Seorang Kristiani tidak pernah boleh terkejut oleh kelemahan atau kekurangan apapun yang ditemuinya di dalam gereja, biarlah ia merasa bahagia menjadi seorang yang setia bahkan ketika mengalami pengejaran.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
-       Pemuda yang kaya
-       Ular tembaga
-        

Tidak ada komentar: