Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. (Ibr 4:15). Bagi orang-orang Yahudi, Imam Agung, biarpun dia mempunyai kelemahan-kelemahan, adalah seorang suci yang melindungi manusia dari hukuman karena dosa-dosa mereka.
Orang Yahudi tidak hanya membutuhkan pemimpin yang mengatur mereka, tetapi juga seorang perantara di hadapan Allah. Harun, saudara Musa, imam pertama orang Yahudi, telah menjadi orang semacam itu. Pengganti-penggantinya, para Imam Agung, harus menjadi perantara juga (Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk memegang jabatan imam bagi-Ku -- Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar. – Kel 28:1).
Gagasan ini dikembangkan di sini, Imam Agung adalah wakil umat di hadapan Allah, dan ia harus lemah seperti mereka, namun diterima oleh Allah. Demikianlah Kristus, begitu sempurna. Melupakan bahwa Yesus adalah seorang manusia di antara umat manusia merupakan suatu hal serius bagi iman seperti halnya melupakan bahwa Ia adalah Putra Allah (Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. – Ibr 4:14).
Kiranya berguna untuk melihat peran Kristus, Sang Imam Agung, pada zaman ini ketika Gereja mengingatkan kita, bahwa semua kaum beriman dipersatukan dengan peranan Kristus sebagai Imam. Kita harus mencerminkan kemanusiaan di hadapan Allah, kita ditahbiskan bagi Allah untuk maksud itu.
Di dalam Ekaristi kita bersyukur kepada Tuhan atas nama setiap orang. Di dalam kehidupan setiap hari kita harus menjadi alat bagi rahmat Allah dengan menjadi orang-orang yang memperjuangkan kebenaran, menggairahkan cinta dan membangun relasi-relasi penuh kedamaian.
Ia mempersembahkan kurbannya dengan air mata dan teriakan (Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" Ibr 4:7). Di dalam Kitab Suci kata-kata ini dipergunakan untuk mengungkapkan doa yang tekun dari anak-anak Allah yang tertindas, mereka berseru kepada Allah dengan suara yang begitu nyaring, sehingga Ia mendengarkan mereka. Demikianlah pada malam sebelum kematian-Nya, Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan pria dan wanita yang menderita dan tidak mau mati.
(Kitab Suci Komunitas Kristiani – Edisi Pastoral Katolik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar